Blogger Widgets
Hatsune Miku

widgets

Senin, 20 Mei 2013

Siapakah Samiri ?


Di dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan tentang ujian-Nya kepada bani Israil. Mereka diuji dengan patung anak sapi ciptaan Samiri yang terbuat dari emas. Akhirnya sebagian dari mereka pun tersesat mengikuti ajakan Samiri menyembah berhala tersebut. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam:
“Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” (Thaha: 85)
Maka Nabi Musa ‘alaihissalam pun marah karenanya. Siapakah Samiri ini yang telah membuat murka Nabi Musa ‘alaihissalam?
Samiri ini, menurut sebagian ahli tarikh, adalah salah seorang bani Israil yang terasing di antara mereka. Ada pula yang berpendapat lain, dia termasuk penduduk Karman atau Bajarna, dan nama aslinya adalah Mikha, atau Musa bin Zhafar. Samiri adalah penisbatan kepada salah satu kabilah bani Israil.
Dahulu, Samiri bergaul dengan orang-orang yang menyembah patung anak sapi, sehingga cintanya kepada anak sapi benar-benar merasuk tulang.
Setelah Fir’aun tenggelam dan bani Israil menyeberangi Laut Merah dengan selamat, mereka melewati sebuah negeri yang penduduknya menyembah anak sapi. Melihat keadaan penduduk tersebut, mereka pun berkata kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Hai Musa, buatlah untuk kami satu sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan.” (al-A’raf: 138)
Dari sinilah muncul ambisi Samiri untuk mengajak bani Israil menyembah patung anak sapi. Dia teringat ketika Jibril berada di depan pasukan Fir’aun menggiring mereka memasuki laut yang terbelah. Waktu itu Jibril berada di atas kendaraannya, dan Samiri melihat jejak kaki kuda Jibril tersebut.
Kemudian Samiri mengambil segenggam tanah bekas jejak kaki kuda itu dan menyimpannya dalam sebuah kantong. Ketika bani Israil melemparkan emas dan perhiasan mereka ke dalam api yang sedang berkobar melahap perhiasan tersebut hingga meleleh. Samiri melemparkan tanah yang disimpannya ke tumpukan emas yang sudah meleleh dalam kobaran api itu sambil berkata, “Jadilah anak sapi!”
Dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, cairan emas dan perhiasan itu menjadi patung seekor anak sapi yang mengeluarkan suara. Hal ini semakin membenamkan bani Israil ke dalam fitnah (ujian) karena kebodohan mereka. Menurut Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, patung itu bersuara karena angin yang masuk dari dubur sapi itu dan keluar dari mulut.
Wallahu a’lam.
Bagaimana Samiri mengenali Jibril? Wallahu a’lam, sebagian orang menceritakan bahwa ketika Fir’aun membantai anak laki-laki bani Israil, ibu Samiri juga berusaha menyelamatkan putranya, seperti halnya ibu Nabi Musa ‘alaihissalam.
Samiri disembunyikan di dalam sebuah gua oleh ibunya lalu ditinggal pergi. Diceritakan mereka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Jibril merawat bayi ini untuk satu urusan yang sudah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Sejak saat itulah Samiri mengenal Jibril. Ketika bani Israil menyeberangi laut bersama Nabi Musa dan Harun ‘alaihimassalam, Jibril berada di depan rombongan itu di atas kudanya.
Samiri mengenalinya, lalu mengambil bekas tapak kaki kuda Jibril yang membuat tanah yang diinjaknya menghijau.
Menurut sebagian ahli kitab, nama Samiri adalah penisbatan kepada kota Samirah yang dibangun seratus tahun sesudah Nabi Musa ‘alaihissalam. Jadi, tidak mungkin yang menyesatkan bani Israil sehingga menyembah patung anak sapi salah seorang penduduk kota yang munculnya seratus tahun kemudian. Dari sinilah mereka menganggap al-Qur’an salah dan mengatakan bahwa Nabi Harun ‘alaihissalam-lah yang membuat patung tersebut. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan mereka.
Di dalam kitab-kitab Israiliyat sendiri, dia mempunyai nama yang sama dengan Nabi Harun bin ‘Imran, saudara Nabi Musa ‘alaihissalam, yaitu Harun as-Samiri.
Dari sini pula, entah karena sengaja atau karena kebodohan, mereka menuduh Nabi Harun-lah yang menyesatkan bani Israil. Wallahul musta’an.
Yang jelas, al-Qur’anul Karim menyebut nama ini, dan berarti tokoh ini ada, entah dengan nama sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’anul Karim, atau dengan nama dalam bahasa Ibrani lalu disesuaikan dengan dialek Arab. [1]
Wallahu a’lam.
Footnote:
[1] Pada akhirnya Samiri telah merasakan buah dari kejahatan dan kesesatannya di dunia. Seumur hidupnya, dia selalu berkata kepada orang lain, “Jangan sentuh saya,” karena setiap kali tubuhnya disentuh, dia merasa seperti terbakar. Itulah hukuman bagi orang-orang yang melakukan kesyirikan, bahkan mengajak orang lain ke dalam kesesatan. (Lihat majalah Asy Syariah no. 87 hal. 74)
[Faidah ini diambil dari majalah Asy Syariah dalam artikel berjudul: "Bani Israil Menyembah Anak Sapi" oleh Al-Ustadz Abu Muhammad Harits, hal. 71 & 107, dengan penambahan mukadimah dari admin]

0 komentar:

Posting Komentar